Tari-tarian
Daerah Maluku
1. Tari
Lenso. merupakan tari pergaulan bagi segenap lapisan rakyat masyarakat Maluku. Tari
Lenso adalah tarian muda-mudi dari daerah Maluku dan Minahasa Sulawesi Utara.
Tarian ini biasanya di bawakan secara ramai-ramai bila ada Pesta. Baik Pesta
Pernikahan, Panen Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan lainnya. Beberapa sumber
menyebutkan, tari lenso berasal dari tanah Maluku. Sedangkan sumber lain
menyebut tari ini berasal dari Minahasa. Tarian
ini juga sekaligus ajang Pencarian jodoh bagi mereka yang masih bujang, dimana
ketika lenso atau selendang diterima merupakan tanda cinta diterima. Lenso
artinya Saputangan. Istilah Lenso, hanya dipakai oleh masyarakat di daerah
Sulawesi Utara dan daerah lain di Indonesia Timur. Dalam
tarian ini, yang menjadi perantara adalah lenso atau selendang. Selendang
inilah yang menjadi isyarat: selendang dibuang berarti lamaran ditolak,
sedangkan selendang diterima berarti persetujuan.
2. Tari
Cakalele, adalah tari Perang Yang melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah
perkasa. Cakalele adalah tarian perang tradisional Maluku yang digunakan untuk menyambut tamu
ataupun dalam perayaan adat. Biasanya,
tarian ini dibawakan oleh 30 pria dan wanita. Tarian
ini dilakukan secara berpasangan dengan iringan musik drum, flute, bia (sejenis musik tiup).Para penari pria biasanya mengenakan parang dan salawaku (perisai) sedangkan penari wanita
menggunakan lenso (sapu tangan).Penari pria mengenakan
kostum yang didominasi warna merah dan kuning, serta memakai penutup kepala aluminum yang disisipi dengan bulu putih.Kostum
celana merah pada penari pria melambangkan kepahlawanan, keberanian, dan patriotisme rakyat Maluku. Pedang atau parang pada tangan kanan penari
melambangkan martabat penduduk Maluku yang harus dijaga sampai mati, sedangkan perisai dan teriakan keras para penari
melambangkan gerakan protes melawan sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak pada
rakyat.Sumber lain menyatakan bahwa tarian ini merupakan penghormatan atas
nenek moyang bangsa Maluku yang merupakan pelaut. Sebelum
mengarungi lautan untuk membajak
pesawat, nenek moyang mereka mengadakan pesta dengan makan, minum,
dan berdansa.[3] Saat tari Cakalele ditampilkan,
terkadang arwah nenek moyang dapat memasuki penari dan kehadiran
arwah tersebut dapat dirasakan oleh penduduk asli.
BY ENI KUSUMA WARDANI
0 komentar: