Biografi
Lengkap Didi Nini Thowok
Biografi
Didi Nini Thowok
Nama Lengkap : Didik Hadiprayitno, SST
Nama Artis : Didik Nini Thowok
Jenis Kelamin : Pria Tempat dan
Tanggal Lahir: Temanggung, 13 November 1954
Agama : Kristen
Nama Artis : Didik Nini Thowok
Jenis Kelamin : Pria Tempat dan
Tanggal Lahir: Temanggung, 13 November 1954
Agama : Kristen
Rumah alamat : Perumahan Jatimulyo Baru Blok G-14 di Yogyakarta
55242, Indonesia
Telepon : 62-274-589050
Pekerjaan : Direktur
• LPK Natya Lakshita (Lembaga Pendidikan Kejuruan) Tari / Natya Lakshita Sekolah Tari.
• Didik Nini Thowok Foundation (Yayasan Didi Nini Thowok).
• Didik Nini Thowok Entertainment.
Alamat Kantor : Green Plaza Kav.7, Jl. Godean Km.2, 8 Yogyakarta 55182, Indonesia Telepon : 62-274-586050, 581069, 520736 Faks. : 62-274-586050
E-mail : didiknt@indosat.net.id stnl@indosat.net.id didik_nt@yahoo.com
Situs Web : www.didikninithowok.info
Institusi : Sarjana Tari (SST) dari ASTI (Akademi Seni Tari Didik Hadiprayitno,
Telepon : 62-274-589050
Pekerjaan : Direktur
• LPK Natya Lakshita (Lembaga Pendidikan Kejuruan) Tari / Natya Lakshita Sekolah Tari.
• Didik Nini Thowok Foundation (Yayasan Didi Nini Thowok).
• Didik Nini Thowok Entertainment.
Alamat Kantor : Green Plaza Kav.7, Jl. Godean Km.2, 8 Yogyakarta 55182, Indonesia Telepon : 62-274-586050, 581069, 520736 Faks. : 62-274-586050
E-mail : didiknt@indosat.net.id stnl@indosat.net.id didik_nt@yahoo.com
Situs Web : www.didikninithowok.info
Institusi : Sarjana Tari (SST) dari ASTI (Akademi Seni Tari Didik Hadiprayitno,
SST (dengan nama lahir Kwee
Tjoen Lian, lalu Kwee Tjoen An) yang lebih dikenal sebagai Didik Nini Thowok
(lahir di Temanggung, Jawa Tengah, 13 November 1954; umur 56 tahun) adalah
penari, koreografer, komedian, pemain pantomim, penyanyi, dan pengajar. Banyak
penghargaan telah diberikan kepada Didik Nini Thowok seluruh karya-karyanya dan
gaya yang unik dalam menggabungkan klasik, folk, tari modern dan komedi. Banyak
penghargaan telah diberikan kepada Didik Nini Thowok seluruh karya-karyanya dan
gaya yang unik dalam menggabungkan klasik, folk, tari modern dan komedi.
Beberapa koreografi aslinya sangat terkenal di Indonesia. Selain melakukan
koreografi sendiri asli, ia juga memiliki keahlian yang luar biasa dalam
melakukan berbagai tari tradisi seperti Topeng (topeng), Sunda, Cirebon, Bali,
dan tentu saja Jawa Tengah. Selama karirnya, ia belajar menari kepada lebih
dari 23 guru tari, seperti Ni Ketut Sudjani, I Gusti Gde Raka, Rasimoen,
Sawitri, Ni Ketut Reneng, Kamini, Bagong Kussudiardjo, BRAy Yodonegoro,
Sangeeta, Richard Emmert, Sadamu Omura, Jetty Roels, Gojo Masanosuke, serta
beberapa nama maestro lain dari berbagai negara. Tak heran Didik menjadi begitu
menguasai seni tari, terutama yang berbasis tradisi.
Masa Kecil Didik Nini
Thowok terlahir dengan nama Kwee Tjoen Lian. Karena sakit-sakitan orang tuanya
mengubah namanya menjadi Kwee Tjoen An. Ayah Didik, Kwee Yoe Tiang, merupakan
seorang peranakan Tionghoa yang "terdampar" di Temanggung sedangkan
ibunya, Suminah, adalah wanita Jawa asli, asal Desa Citayem, Tjilatjap. Didik
adalah sulung dari lima bersaudara (keempat adiknya perempuan). Setelah
G30S/PKI, keturunan Tionghoa diwajibkan mengganti nama Tionghoa mereka menjadi
nama pribumi sehingga nama Kwee Tjoen An pun menjadi Didik Hadiprayitno.
Kehidupan masa kecil Didik penuh keprihatinan. Ayahnya bisnis jual beli kulit
kambing dan sapi. Ibunya membuka kios di Pasar Kayu. Hidup bersama mereka
adalah kakek dan nenek Didik. Maka keluarga Didik harus hidup pas-pasan.
Sebagai anak dan cucu pertama, Didik selalu dimanja oleh seluruh anggota
keluarga. Selain itu, Didik tidak nakal seperti kebanyakan anak laki-laki
seumurannya. Ia cenderung seperti anak perempuan dan menyukai permainan mereka,
seperti pasar-pasaran (berjualan), masak-masakan, dan ibu-ibuan. Saat kecil pun
Didik diajari oleh neneknya ketrampilan perempuan seperti menjahit, menisik,
menyulam, dan merenda. Belajar Menari Saat masih sekolah, Didik suka menggambar
dan menyanyi (suaranya bagus terutama saat menyanyi tembang Jawa). Namun
setelah mengenal dunia tari akibat sering menonton pertunjukan wayang orang
yang berupa sendratari, Didik pun bertekad untuk mempelajari tari. Sayangnya
perekonomian keluarga yang pas-pasan menyulitkan langkah Didik untuk belajar.
Akhirnya Didik meminta teman sekelasnya Sumiasih, yang pandai menari dan
nembang, untuk mengajarinya tari-tarian wayang orang. Menari bukan hal yang
sulit dilakukan, karena selain tubuhnya yang lentur, Didik juga berbakat. Guru
Didik berikutnya adalah Ibu Sumiyati yang mengajarinya dan ketiga adiknya, tari
Jawa klasik gaya Surakarta. Didik membayar guru ini dari hasil menyewakan komik
warisan kakeknya. Didik juga belajar tarian Bali klasik dari seorang tukang
cukur rambut. Didik berguru pada A. M. Sudiharjo, yang pandai menari Jawa
Klasik juga sering menciptakan tari kreasi baru. Didik ikut kursus menari di
Kantor Pembinaan Kebudayaan Kabupaten Temanggung. Salah satu gurunya adalah
Prapto Prasojo, yang juga mengajar di padepokan tari milik Bagong Kussudiarjo
di Yogyakarta. Koreografi tari ciptaan Didik yang pertama dibuat pada
pertengahan 1971.
Tarian itu diberi judul
“Tari Persembahan”, yang merupakan gabungan gerak tari Bali dan Jawa. Didik
tampil pertama kali sebagai penari wanita; berkebaya dan bersanggul saat acara
kelulusan SMA tahun 1972. Saat itu, didik juga mempersembahakan tari ciptaannya
sendiri dengan sangat luwes. Kuliah Setelah lulus SMA, impian Didik untuk
melanjutkan kuliah di ASTI Yogyakarta terbentur pada biaya. Didik pun bekerja,
tak jauh dari kesukaannya, menari. Didik menjadi pegawai honorer di Kabin
Kebudayaan Kabupaten Temanggung dengan tugas mengajar tari di beberapa sekolah
(SD dan SMP), serta memberi les privat menari untuk anak-anak di sekitar Temanggung.
Dua tahun setelah lulus SMA, Didik bertekad untuk kuliah di ASTI. Berbekal uang
tabungannya, Didik berangkat ke Yogyakarta dan mendaftar di ASTI. Berkat Tari
Manipuri, tarian wanita yang diperagakannya dengan begitu cantik, Didik
berhasil memikat tim juri ASTI. Sehingga Didik diterima dan dinyatakan sebagai
mahasiswa ASTI angkatan 1974. Pribadinya yang hangat, kocak dan santun tak
menyulitkan Didik untuk mendapat teman. Bersama teman-teman barunya, Didik
menampilkan fragmen tari berjudul Ande-ande Lumut. Didik berperan sebagai Mbok
Rondo Dadapan, janda centil dari Desa Dadapan. Penampilan Didik sangat memukau
mahasiswa ASTI yang lain.
Menjadi anak kost sangat sulit bagi Didik, karena tak mungkin
mengharapkan kiriman dari rumah. Ketrampilan 'perempuan' yang dulu diajarkan
neneknya terasa sangat berguna. Didik menerima pesanan membuat hiasan bordir,
juga menjual hasil kerajinannya, seperti syal dan taplak meja. Beberapa bulan
setelah mulai kuliah, Didik menerima tawaran dari kakak angkatannya, Bekti Budi
Hastuti (Tutik) untuk membantu dalam fragmen tari Nini Thowok bersama Sunaryo.
Nini Thowok atau Nini Thowong adalah semacam permainan jailangkung yang biasa
dimainkan masyarakat Jawa tradisional. Pementasan ini sangat sukses.
Kesuksesannya membawa trio tersebut pentas diberbagai acara. Merekapun mengemas
pertunjukan mereka dengan konsep yang lebih matang. Saat Sunaryo mengundurkan
diri, posisinya digantikan Bambang Leksono Setyo Aji, teman sekos Didik. Mereka
lantas menyebut kelompok mereka sebagai Bengkel Nini Thowok. Dan di belakang
nama mereka melekat nama tambahan Nini Thowok (berarti: "nenek yang
menyeramkan"). Setelah itu, karier Didik Nini Thowok sebagai penari terus
berlanjut, bahkan Didik sering muncul di televisi. Didik terus mengembangkan
kemampuan tarinya dengan berguru ke mana-mana. Didik berguru langsung pada
maestro tari Bali, I Gusti Gde Raka, di Gianyar. Ia juga mempelajari tari
klasik Sunda dari Endo Suanda; Tari Topeng Cirebon gaya Palimanan yang
dipelajarinya dari tokoh besar Topeng Cirebon, Ibu Suji. Saat pergi ke Jepang,
Didik mempelajari tari klasik Noh (Hagoromo), di Spanyol, ia pun belajar tari
Flamenco.
Karier Setelah
menyelesaikan studinya dan berhak menyandang gelar Didik Hadiprayitno, SST
(Sarjana Seni Tari), Didik ditawari almamaternya, ASTI Yogyakarta untuk
mengabdi sebagai staff pengajar. Selain diangkat menjadi dosen di ASTI, ia juga
diminta jadi pengajar Tata Rias di Akademi Kesejahteraan Keluarga (AKK) Yogya.
Filmografi Jagad X Code (2009) Preman In Love (2009) Penghargaan Penghargaan
yang pernah diraih oleh didi nini towok adalah sebagai berikut : • Soedarpo
Award by the Rotary Foundation Rotary International District 3400 (2005) • Kala
Award by the Governor of Yogyakarta Special Territory (2002) • Indonesian
Consulate of Kobe, Japan (1998) • Sultan Haji Hassanal Bolkiah, Brunei
Darussalam (1992) • Javanese Cultural Society of Surakarta (1993) • Yogyakarta
Tourism Department (2000) • Indonesian Student Association of Newcastle, Great
Britain (1994) • Cultural Award, Governor of Yogyakarta (1991) • Indonesian
Student Association of Hiroshima, Kansai, Japan (1999) • Journalist Association
of Yogyakarta (1993) • First Place Award, Ceremonial Make-up Competition,
Yogyakarta (1977) • Indonesian Student Association of Belgium (1991) • Honors
Student, Ministry of Education and Culture, Indonesia (1976)
Tarian yang dihasilkan a. Dewi Sarak Jodag
Koreografi : Didi NIni Thowok Penari : Didi Nini Thowok Durasi : 19 minutes
Kisah Dewi Sarak Jodag diambil dari cerita Raden Panji. Menceritakan tentang
Dewi Sarak Jodag ( adik dari Raja Klana ). Karena jatuh cinta pada Raden Panji,
Ia merubah dirinya menjadi Dewi Chandrakirana , Istri Raden Panji. Tapi Raden
Panji mengetahu tipu daya Dewi Sarak Jodag dan menolaknya. Karena merasa malu,
ia berubah menjadi sosok yang mengerikan sebagai perwijudan dari rasa malu,
marah dan derita. Dalam tarian ini, perubahan karakater dipertihatkan dari
penggunaan topeng dan dibumbui sedikit unsur komedi. b. Tari Persembahan
Merupakan gabungan gerak tari Bali dan tari Jawa. Inilah tarian pertama yang
diciptakan Didik, yang ternyata menjadi awal dari sekian banyak kreasi tari
yang diciptakannya di masa depan c. Tari Batik Di sinilah untuk pertama kalinya
Didik tampil sebagai penari wanita. Berkebaya dan bersanggul, dengan luwes ia
memamerkan gerakan-gerakan tari yang juga merupakan hasil karyanya sendiri itu
d. Tari Dwimuka Tari Dwimuka terinspirasi dari sebuah film dimana salah satu
tokohnya menggunakan topeng di belakang kepalanya. Tari-tarian Didik biasanya
penuh dengan atraksi komedi, yang mengundang decak kagum dan keceriaan
penonton. e. Tari Dwimuka Jepindo 1999 f. Tari Kuda Putih tahun 1987 g. Tari
Topeng Nopeng tahun 1988 h. Tari Topeng Walang Kekek ditahun 1980
0 komentar: