Pengaruh dari
kepercayaan animisme dan Hindu Budha masih begitu kental mempengaruhi bentuk
serta tata ruang rumah Joglo tersebut, misalnya Dalam rumah adat Joglo, pada
umumnya sebelum memasuki ruang induk kita akan melewati pintu yang mempunyai
hiasan sulur gelung atau makara. Hiasan tersebut ditujukan sebagai tolak balak,
menolak maksud-maksud jahat dari luar hal tersebut masih dipengaruhi oleh
kepercayaan animisme. Sementara Kamar tengah adalah kamar sakral. Dalam kamar
tersebut pemilik rumah biasanya akan menyediakan tempat tidur atau katil yang
dilengkapi bantal guling, cermin serta sisir dari tanduk. Umumnya dilengkapi
pula dengan lampu yang menyala pada siang serta malam yang berfungsi sebagai
pelita, dan ukiran yang mempunyai makna sebagai pendidikan rohani, hal tersebut
masih dalam pengaruh ajaran agama Hindu dan Budha.
Untuk rumah Joglo yang berada di pesisir pantai utara seperti Gresik, Lamongan dan Tuban unsur-unsur di atas di tiadakan sebab pengaruh Islam mulai masuk. Melalui akultrasi budaya jawa yang harmoni, penyebaran Islam berbaur dengan harmonis dengan budaya serta adat kepercayaan animisme, Hindu serta Budha. Islam juga mulai menjalar ke berbagai daerah lain di Jawa Timur, seperti Ngawi, Magetan, Madiun, Ponorogo, Pacitan, Tulungagung, Blitar, Kediri, Trenggalek, serta sebagian Bojonegoro, sementara kota-kota di bagian barat Jawa timur mempunyai kemiripan dengan rumah adat Jawa Tengah, terutamanya Surakarta dan Yogyakarta yang disebut-sebut sebagai kota pusat peradaban Jawa.
Rumah Joglo pun menyiratkan kepercayaan kejawen masyarakat Jawa yang berdasar sinkretisme. Keharmonisan antara hubungan manusia dengan sesamanya (“kawulo” dan “gusti”), dan hubungan antara manusia dengan lingkungan alam sekitar (“microcosmos” dan “macrocosmos”), tecermin dalam tata bangunan yang menyusun rumah joglo. Baik itu pada jumlah saka guru (tiang utama), pondasi, bebatur (tanah yang diratakan serta lebih tinggi dari tanah di sekelilingnya), serta beragam ornamen penyusun rumah joglo. Rumah adat Joglo sendiri memiliki banyak jenis, diantaranya seperti :
Untuk rumah Joglo yang berada di pesisir pantai utara seperti Gresik, Lamongan dan Tuban unsur-unsur di atas di tiadakan sebab pengaruh Islam mulai masuk. Melalui akultrasi budaya jawa yang harmoni, penyebaran Islam berbaur dengan harmonis dengan budaya serta adat kepercayaan animisme, Hindu serta Budha. Islam juga mulai menjalar ke berbagai daerah lain di Jawa Timur, seperti Ngawi, Magetan, Madiun, Ponorogo, Pacitan, Tulungagung, Blitar, Kediri, Trenggalek, serta sebagian Bojonegoro, sementara kota-kota di bagian barat Jawa timur mempunyai kemiripan dengan rumah adat Jawa Tengah, terutamanya Surakarta dan Yogyakarta yang disebut-sebut sebagai kota pusat peradaban Jawa.
Rumah Joglo pun menyiratkan kepercayaan kejawen masyarakat Jawa yang berdasar sinkretisme. Keharmonisan antara hubungan manusia dengan sesamanya (“kawulo” dan “gusti”), dan hubungan antara manusia dengan lingkungan alam sekitar (“microcosmos” dan “macrocosmos”), tecermin dalam tata bangunan yang menyusun rumah joglo. Baik itu pada jumlah saka guru (tiang utama), pondasi, bebatur (tanah yang diratakan serta lebih tinggi dari tanah di sekelilingnya), serta beragam ornamen penyusun rumah joglo. Rumah adat Joglo sendiri memiliki banyak jenis, diantaranya seperti :
- Joglo Lawakan
- Joglo Jompongan
- Joglo Pangrawit
- Joglo Sinom
- Joglo Mangkurat
Arsitektur rumah
adata Joglo menyiratkan pesan-pesan kehidupan manusia pada kebutuhan “papan”.
Bahwasanya rumah bukan hanya sekadar tempat
berteduh, namun juga merupakan “perluasan” dari diri manusia itu sendiri.
Berbaur secara harmoni dengan alam sekitar. Rumah Joglo umumnya sama pada
bentuk global serta tata ruangnya.
Rumah adat joglo
yang mempunyai dua ruangan yakni :
- Ruang depan (pendopo) yang berfungsi untuk:
- tempat menerima tamu
- balai pertemuan (sebab awalnya hanya dimiliki
oleh para bangsawan dan kepala desa)
- tempat mengadakan upacara-upacara adat
- Ruang belakang yang terdiri atas :
- kamar-kamar
- dapur (pawon)
Sementara ruang
utama ataupun ruang induk rumah joglo dibagi jadi tiga ruangan, yakni :
- sentong tangen (kamar kanan)
- sentong tengan (kamar tengah)
- sentong kiwo (kamar kiri)
Umumnya rumah joglo
pada bagian sebelah kiri ada dempil yang berfungsi untuk tempat tidur orang tua
yang langsung dihubungkan dengan serambi belakang (pasepen) dan dipakai untuk
aktifitas membuat kerajinan tangan. Sementara di sebelah kanan ada dapur,
pendaringan serta tempat yang difungsikan sebagai penyimpan alat pertanian.
Rumah adat Jawa Timur tak hanya berbentuk Joglo
saja. Namun sebenarnya, ada pula yang berbentuk limasan (dara gepak), serta
bentuk srontongan (empyak setangkep).
0 komentar: